Banyak dari kita beranggapan bahwa kegiatan merajut adalah berasal dari benua Eropa, dilakukan oleh perempuan terutama nenek-nenek berkacamata yang sedang duduk di kursi goyang yang merajut untuk mengisi masa tua, atau merajut hanyalah hobi.
Namun, tahukah kamu fakta dibalik merajut yang sebenarnya? Well, here they are.
Merajut berasal dari Eropa?
Faktanya para peneliti seni rajut memang belum menemukan data konkret yang menjelaskan secara detail mengenai sejarah seni rajut berasal dari benua apa. Para peneliti kemudian menemukan sepasang kaos kaki berbahan katun dengan motif kaligrafi yang rumit berasal dari Mesir pada tahun 1000 M.
Julie Theaker dalam artikelnya yang berjudul History of Knitting yakin bahwa merajut kemungkinan besar berasal dari Timur Tengah dan Islam. Alasannya karena pada awalnya merajut menggunakan benang sutra atau katun, kalau dari Eropa menggunakan wol atau linen. Teknik merajut sebagian besar diajarkan dari kanan ke kiri, sesuai dengan budaya menulis orang Arab, berbeda dengan Eropa yang menulis dari kiri ke kanan.
Merajut dilakukan oleh perempuan terutama nenek-nenek?
Sama dengan sejarah penggunaan sepatu bertumit tinggi atau high heels, merajut pada awalnya dilakukan oleh para pria. Pada abad pertengahan, rajutan dianggap sangat berharga dan hanya untuk kalangan tertentu saja. Saking eksklusifnya, mereka yang pandai merajut dikumpulkan dalam satu tempat khusus dan dianggap terhormat.
Hampir semua perajut berjenis kelamin pria, dan ada gelar tertinggi, yaitu master. Jika mau bergabung harus melewati masa magang dulu, dan jika ingin mencapai gelar master, mereka harus melewati ujian berupa membuat mahakarya dengan benang khusus yang mereka pintal sendiri terlebih dahulu.
Merajut untuk mengisi masa tua?
Sebelum revolusi industri yang memuntahkan mesin-mesin berteknologi tinggi untuk menghasilkan barang lebih banyak dan cepat, merajut adalah sebuah pekerjaan. Seiring dengan perkembangan zaman, pada akhirnya perajut digantikan oleh mesin, dan kegiatan merajut hanya dilakukan sebagai hobi, syukur-syukur bisa menjadi sumber penghasilan tambahan seperti membuat sweater rajut, atau menjadi salah satu keterampilan wajib karena tradisi di daerah tertentu seperti pada wanita bangsawan Inggris di masa Victoria.
Merajut hanya hobi?
Merajut adalah hobi memang betul, karena jika ada yang berkata bahwa merajut itu sulit dan rumit, serta tidak ada passion atau hasrat yang mendalami dan sering ada kata menyerah, maka itu bukan hobi. Selain hobi, merajut ternyata ada fungsi kesehatannya.
Betsan Corkhill, penulis buku “Knit for Health & Wellness – How to Knit a Flexible Mind and More…”, ahli fisioterapi, dan pendiri Stitchlinks mengatakan bahwa merajut adalah terapi terbaik karena dapat mengatasi nyeri, depresi, stress, kecanduan, Alzheimer, dan dapat digunakan untuk anak berkebutuhan khusus (ADHD).
Empat Fakta Dibalik Merajut yang Mungkin Belum Kamu Ketahui
Banyak dari kita beranggapan bahwa kegiatan merajut adalah berasal dari benua Eropa, dilakukan oleh perempuan terutama nenek-nenek berkacamata yang sedang duduk di kursi goyang yang merajut untuk mengisi masa tua, atau merajut hanyalah hobi.
Namun, tahukah kamu fakta dibalik merajut yang sebenarnya? Well, here they are.
Merajut berasal dari Eropa?
Faktanya para peneliti seni rajut memang belum menemukan data konkret yang menjelaskan secara detail mengenai sejarah seni rajut berasal dari benua apa. Para peneliti kemudian menemukan sepasang kaos kaki berbahan katun dengan motif kaligrafi yang rumit berasal dari Mesir pada tahun 1000 M.
Julie Theaker dalam artikelnya yang berjudul History of Knitting yakin bahwa merajut kemungkinan besar berasal dari Timur Tengah dan Islam. Alasannya karena pada awalnya merajut menggunakan benang sutra atau katun, kalau dari Eropa menggunakan wol atau linen. Teknik merajut sebagian besar diajarkan dari kanan ke kiri, sesuai dengan budaya menulis orang Arab, berbeda dengan Eropa yang menulis dari kiri ke kanan.
Merajut dilakukan oleh perempuan terutama nenek-nenek?
Sama dengan sejarah penggunaan sepatu bertumit tinggi atau high heels, merajut pada awalnya dilakukan oleh para pria. Pada abad pertengahan, rajutan dianggap sangat berharga dan hanya untuk kalangan tertentu saja. Saking eksklusifnya, mereka yang pandai merajut dikumpulkan dalam satu tempat khusus dan dianggap terhormat.
Hampir semua perajut berjenis kelamin pria, dan ada gelar tertinggi, yaitu master. Jika mau bergabung harus melewati masa magang dulu, dan jika ingin mencapai gelar master, mereka harus melewati ujian berupa membuat mahakarya dengan benang khusus yang mereka pintal sendiri terlebih dahulu.
Merajut untuk mengisi masa tua?
Sebelum revolusi industri yang memuntahkan mesin-mesin berteknologi tinggi untuk menghasilkan barang lebih banyak dan cepat, merajut adalah sebuah pekerjaan. Seiring dengan perkembangan zaman, pada akhirnya perajut digantikan oleh mesin, dan kegiatan merajut hanya dilakukan sebagai hobi, syukur-syukur bisa menjadi sumber penghasilan tambahan seperti membuat sweater rajut, atau menjadi salah satu keterampilan wajib karena tradisi di daerah tertentu seperti pada wanita bangsawan Inggris di masa Victoria.
Merajut hanya hobi?
Merajut adalah hobi memang betul, karena jika ada yang berkata bahwa merajut itu sulit dan rumit, serta tidak ada passion atau hasrat yang mendalami dan sering ada kata menyerah, maka itu bukan hobi. Selain hobi, merajut ternyata ada fungsi kesehatannya.
Betsan Corkhill, penulis buku “Knit for Health & Wellness – How to Knit a Flexible Mind and More…”, ahli fisioterapi, dan pendiri Stitchlinks mengatakan bahwa merajut adalah terapi terbaik karena dapat mengatasi nyeri, depresi, stress, kecanduan, Alzheimer, dan dapat digunakan untuk anak berkebutuhan khusus (ADHD).
Share this:
Like this: